Oleh Wuri Damaryanti Suparjo.
Yogyakarta: Sejumlah Tokoh Papua bertemu Gubernur DIY Sultan HB X di Kepatihan Yogyakarta, Kamis (21/7/2016).
"Pertemuan kami dengan Bapak Sultan
meneguhkan kembali pentingnya menjaga kebersamaan, dan rasa damai yang
sebenarnya sudah diciptakan selama ini. Gangguan-gangguan yang sempat
terjadi diharapkan tidak terulang kembali," jelas Mateus Murib, Juru
Bicara Perwakilan Tokoh Papua usai bertemu Gubernur DIY, di Kepatihan
Yogyakarta, Kamis (21/7/2016).
Dikatakannya, kedatangan lebih dari 6
ribu pelajar dan mahasiswa asal Papua ke Yogyakarta adalah fokus
utamanya untuk belajar menempuh pendidikan.
"Sehingga aktivitas lain diluar
studi apalagi politik, itu kami masyarakat Papua juga tidak menghendaki
aspirasi demikian itu (red:separatis terjadi di kota ini. Karena itu
bertentangan dengan hukum di negara kita. Begitu pun, asrama mahasiswa
Papua kita harapkan ditertibkan, sehingga yang menghuni asrama itu untuk
mencari ilmu pendidikan dan statusnya jelas-jelas mahasiswa. Non
mahasiswa harus ditertibkan. Sehingga ke depan ulah-ulah beberapa orang
itu, tidak mengganggu rasa nyaman kita semua. Sehingga kami jauh-jauh
Papua harus kesini. Orang Yogyakarta harus mempermasalahkan seperti
ini," papar Mateus Murib yang juga Ketua Pembela Hak Asasi Manusia Papua
ini.
Mateus juga menyatakan perlunya kesadaran akan tanggung jawab menjaga keadilan dan kedamaian pada diri semua masyarakat.
"Kuncinya, rasa adil, rasa damai ada
dalam kita semua. Harus dijaga kita semua, tanggung jawab kita bersama.
Tidak perlu mencari siapa salah, siapa benar, tapi membicarakan suasana
ke depan yang lebih baik untuk semua pihak," tegasnya.
Sementara itu, Sri Sultan HB X Gubernur DIY memghimbau pelajar dan mahasiswa Papua di Yogyakarta, fokus menempuh pendidikan.
"Kita clear, bagi saya tidak ada
masalah anak anak Papua itu. Hanya saja sekarang anak-anak itu ya
sekolah, sekolah yang baik lah. Jangan bicara politik. Sudah selesai
kok," katanya.
Raja Kraton Yogyakarta ini juga mengaku tetap menganggap masyarakat Papua di Yogyakarta sebagai keluarga bahkan anak sendiri.
"Mahasiswa ini anak muda, yang kita
orang tua wajib mengingatkan. Kalau belum memahami, ya sekali-kali
ditegur supaya ingat. Kalau sudah bisa kembali ke posisi ya sudah
selesai. Itu aja. Jangan dianggap ini masalah politik, pertentangan
suku. Bukan itu. Ya kita anggap, saya orang tuanya mereka. Dia anak muda
perlu diberi pemahaman. Sudah selesai. Jadi, tidak ada sesuatu sifat
benci, atau tidak senang," tegas Sultan.
RRI Yogyakarta
No comments:
Post a Comment