
Dari berbagai isu di Papua, persolan Papua merdeka menjadi isu yang tidak akan penah habis untuk dibahas dan dipadamkan.
Mengapa?
Kita tahu, selama ini sudah banyak orang yang menganalogikan persolan
tuntutan kemerdekaan Papua dengan kanker jinak di tubuh Indonesia, luka
busuk di tubuh Indonesia dan masih banyak lagi. Selain itu, setiap
tahunnya pasti saja isu ini kembali mengganggu tidur nyenyak Jakarta.
Semua ini menjukkan bahwa keinginan untuk merdeka dari rakyat Papua tidak bisa ditawar dengan pembangunan dan anak cucunya. Terlambat bagi Indonesia membangun kepercayaan dan kecintaan masyarakat Papua akan Indonesia. Akhirnya, setiap pembangunan dan kemajuan sebesar apapun yang Jakarta berikan kepada orang Papua akan dipandang sebagai implikasi dari tuntutan Papua merdeka. Yah, karena semua itu terjadi setelah sekian ribu orang Papua pro merdeka dibunuh secara sadis. Sebut saja, Theys Hiyo Eluay, Arnold AP, Kelikwalik, Mako Tabuni dan kawan-kawannya yang harus diantar paksa dengan tima panas.
Papua yang awalnya dipandang Indonesia sebagai masalah internal kini
mulai melangkah dari lokal ke regional (kawasan pasifik) kemudian
menjadi persoalan yang harus dibahas dalam forum-forum Internasional.
Dunia mulai membuka mata akan kenyataan ini, mengerti bahwa ternyata
Indonesia yang katanya sudah meratifikasi berbagai intrumen HAM harus
berkali-kali dipertanyakan akan konsistensi dalam konstitusinya.
Lalu, apakah itu masalah internal? Tapi mengapa harus dipertanyakan
terus? hal semacam inilah yang menunjukkan bahwa Indonesia tidak bisa
mempertahankan Papuan hanya dengan jargon "Masalah Papua adalah masalah Internal"
Berangkat dari pertarungan poltik antara Papua dan Indonesia di
forum-forum internasional yang kian hari kian mendunia ini, Dihaimoma
merangkum beberapa poin yang harus rakyat Papua renungkan terhadap
proses kemajuan perjuangan Papua.
1. Perjalanan Panjangan Menuju Kemerdekaan Papua
Soal Papua merdeka bukanlah pekerjaan yang mudah. Tidak semudah
membalikkan telapak tangan tetapi bukan berarti tidak bisa sama sekali
membalikkan telapak tangan. Kita hanya membutuhkan kemajuan dalam segala
kekurangan dan penindasan penguasa.
Perjuangan Papua tidak semudah para elit Papua mengajukan pemekaran
wilayah di Papua dengan memanfaatkan isu Papua merdeka, tanpa
mempertimbangkan PHD dan SDM yang mampu mengelolah SDA. Perjuangan Papua
tidak semudah mengatur lajunya transmigrasi yang terus membludak di
seluruh pelosok negeri akibat ketidak tahuan para elit Papua mengatur
wilayahnya. Perjuangan Papua tidak semudah para elit Papua meminta
pemekaran dan ketika terjadi bentrok antar masyarakat, para elit Papua
yang tunduk dibawah Jakarta ramai-ramai menyalahkan masyarakat. Kita
tidak sebodoh itu.
Perjuangan ini masih panjang. Sebagia telah kita lewati dan hari ini,
dari anak-anak kita telah tumbuh menjadi remaja meski belum memasuki
dewasa. Sebagai bagian dari proses hukum alam, kita harus melewati
setiap tahap dalam pertumbuhan tidak bisa kita dari kecil langsung
dewasa. Saat ini adalah momen dimana kita sedang menjemput kedewasan
itu. Kedewasaan dalam mengatur diri sendiri, mengatur bangsa dan rakyat
Papua, serta mengatur bangsa-bangsa lain di dunia. Kita tumbuh dalam
berpolitik, tumbuh dalam membangun stategi, dan bertumbuh dalam
mempertahankan serta membangun ideologi dan identitas kita sebagai
manusia Papua yang bermartabat.
Jangan pernah berharap dan bermimpi akan menikmati kemerdekan ini.
Kemerdekaan yang sesungguhnya akan dirasakan anak cucu kita dikemudian
hari. Semua yang kita lakukan hari ini bukan nuntuk kita tetapi untuk
anak cucu kita. Kita adalah orang-orang yang sadar dan mengerti bahwa
beban ini tidak boleh kita tingggalkan untuk anak cucu kita. Kita
merupakan penentu bukan penikmat kemerdekaan Papua. Jangan diam, jangan
lelah dan jangan merasa pongah. Buatlah apa yang anda bisa untuk mereka
dikemudian hari. Tinggalkan kebahagian untuk mereka dikemudaian hari
agar mereka duduk sejajar dengan bangsa lain di dunia.
2. Tidak Ada Pencuri yang akan Berteriak bahwa Dirinya Adalah Pencuri
Berdasarkan riset kecil-kecilan yang Dihai lakukan di Om google beberapa
hari lalu. Informasi penolakan petisi rakyat Papua oleh komite
dekolonisasi PBB atau yang dikenal dengan C24 menjadi trending topik di
google selama beberapa hari. Dari situ saya pantau lagi di media sosial.
Mereka yang NKRI harga mati, merasa legah dengan penolakan itu dan
turut membabat habis negara-negara pasifik-karibian yang menyuarakan
nasib Papua, sedangkan beberapa orang Papua yang pro Papua merdeka,
merasa kecewa dengan putusan itu.
Dalam waktu yang hampir bersamaan, di forum PBB Indonesia menggunakan
hak menjawabnya untuk membatah pernyatan 7 negara pada tahun 2016 dan
yang terbaru 4 negara melalui dua diplomat cantiknya. Nara Masista
Rakhmatia dan Ainan Nuran. Keduanya dengan berapi-api menyampaikan
pernyatan mereka.
Bagi saya, wajar dan memang mereka dibentuk dan didik untuk itu tetapi pertanyaannya apakah benar apa yang mereka sampaikan?Dalam stategi politik yang digunakan, mungkin saja adalah alasan Indonesia memilih para diblomat cantiknya untuk menjawab pernyatan dari beberapa negara Pasifik-Karibian di forum tertinggi dunia itu. Kalau boleh berandai menurut Dihai ada dua hal yang harus kita pahami.
Pertama- Mengapa dalam dua kali hak menjawabnya, Indonesia
menggunakan para diplomat cantik. Dalam konteks ini, kita dapat
menafsirkan dari dua hal. Indonesia meremehkan negara-negara kecil yang
mempertanyakan perlakukan Indonesia terhadap Papua dan meminta PBB untuk
memberikan Hak kebabsan orang Papua. Artinya, Indonesia menganggap
bahwa mereka ini negara-negara kecil yang tidak berpengaru apa-apa dalam
sidang itu. Kedua untuk menunjukkan kemajuan dan keterlibatan anak
mudanya, terlebih khusus perempuan dalam berbagai bidang di dunia
internasional. Dalam hal persoalan Papua, itulah yang terbukti. Kita
bisa lihat, misalnya tahun lalu ketika JK sebagai wakil presiden
berpidato, tidak menyinggung sedikit pun tentang Papua dalam pidatonya.
Kedua- Kapasitas, validitas dan keakuratan informasi yang
disampaikan kedua wakil Indonesia baik yang tahun 2016 mampun 2017 di
sidang umum PBB patut dipertanyakan. Pertama karena mutan materi yang
disampaikan tidak sejalan dengan apa yang dipertanyakan oleh 7 negara
sebelumnya dan juga yang terbaru oleh 4 negara. Rata-rata dari mereka
mempertanyakan pelanggaran-pelanggaran Ham berat di Papua dan Hak
menentukan nasib sendiri bagi orang Papua. Hal ini sebagaima yang
disampaikan PM Solomon, Manasseh Sogavare dalam pidatonya di PBB bahwa
pelanggaran Ham dan tuntutan untuk menentukan nasib sendiri merupakan
dua sisi koin yang tidak bisa dipisahkan. Namun, apa tanggapan Indonesia
melalui para diplomat cantiknya?
Berikut ini salah kutipan pernyatan Indonesia yang disampaikan pada tahun 2016 lalu di Forum PBB.
Komitmen Indonesia terhadap HAM tak perlu dipertanyakan lagi. Indonesia adalah anggota Dewan HAM PBB. Indonesia sudah menjadi anggota dewan tersebut selama tiga periode dan saat ini menjadi anggota untuk keempat kalinya. Indonesia adalah penggagas komisi HAM antar pemerintah ASEAN dan komisi independen OIC. Indonesia sudah meratifikasi delapan dari sembilan instrumen utama HAM. Semuanya terintegrasi dalam sistem hukum nasional kami dibanding dengan hanya empat negara kepulauan Salomon dan lima negara oleh Vanuatu.-Nara Masista Rakhmatia-
Hampir-hampir mustahil pelanggaran HAM terjadi tanpa diketahui dan diperiksa -Nara Masista Rakhmatia-
Tapih toh, dalam tahun ini saja di Deiyai terjadi penembakan terhadap
belasan warga dan salah satunya meninggal dunia. Anehnya, para pelaku
dinyatakan bersalah dan hanya divonis pindah tugas dan meminta maaf
kepada korban. Jadi sederhananya, nyawa orang Papua seharga minta maaf
di Indonesia. Itupun karena informasinya cepata tersebar keberbagai
media lokal maupun internasional, kalau tidak Indonesia akan Amnesia
lagi.
Selain itu yang terbaru Sekretaris III Perwakilan tetap Indonesia untuk
PBB, Ainan Nuran mempertanyakan pernyatan 4 negara atas pelanggaran HAM
di Papua dan turut menyuarakan penentuan nasib sendiri di PBB.
“Jika Indonesia memiliki sesuatu untuk disembunyikan dalam masalah hak asasi manusia di zaman sekarang ini, di era teknologi terbuka, semua orang akan tahu jika tuduhan semacam itu ada -Ainan Nuran-
Pernyatan-pernyatan seperti ini secara tidak sengaja Indonesia sedang
memperjelas siapa dirinya di dunia Internasional. Melalui
pernyatan-pernyatan seperti ini membuat banyak orang akan membuka mata
atas kemunafikan Indonesia. Yah, kalau pernyataan seperti ini
disampaikan dihadapan kami orang bodoh yang tidak memahami apa-apa
mungkin masih wajar, tetapi pada forum dimana para intelek dunia duduk
dan juga masyarakat dunia dapat melihat dan mendengar setiap informasi
yang disampaikan. Mereka tidak buta dalam hal ini.
Dimana letak ketidak akuratan matari yang disampaikan?
Satu hal yang harus diakui oleh Indonesia adalah jawaban Indonesia
terhadap pernyatan beberapa negara itu sangat tidak singkron. Yang
ditanya dan disinggung adalah soal pelanggaran ham berat di Papua dan
penentuan nasib sendiri bagi rakyat Papua. Tapi Indonesia menjawabnya
dengan kata "tidak ada pelanggaran ham di Papua".
Selebihnya dipaparkan soal pembanguan, kesehatan, ekonomi dan lain-lain. Dari kasus pelanggaran Ham Berat di Papua, berputar haluan ke pembangunan dan kesehatan. Seharusnya, Indonesia paparkan sekian pelanggaran ham berat di Papua sudah kami selesaikan dan sekian lagi dalam proses kami selesaikan dan lain-lain, bukan paparkan sekian pembanguan dan kesehatan yang kami sudah kerjakan. Terlebihn soal hak hidup dan hal untuk berkumpul dan berserikat.
Mengapa pengalihahan itu terjadi?
Jawabannya hanya satu, Indonesia bukan hanya gagal dalam menuntaskan
kasus ham berat di Papua tetapi tidak pernah sama sekali punya keinginan
dan harap di rana situ. Wong nyawa orang Papua seharga minta maaf kok,
pembunuh orang Papua (Theys) saja naik pangkat dan dapat jabatan kok.
Jadi, tidak ada data pendukung argumen soal penuntasan kasus ham, jadi
cukup semua pernyatan itu hanya dibalas dengan sepenggal frasa" Tidak ada.
Bukan hanya itu kawan, bahkan soal keberhasilan pembangunan, kesehatan
dan ekonomi di Papua yang dipaparkan pun banyak yang mempertanyakan
keakuratannya. Hal itu bukan saja dari orang Papua tetapi juga dari non
Papua. Salah satunya "Imam Alfian"yang juga sebagai Ketua Umum DPD IMM
Papua. Ketua umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Papua ini dengan jelas
menyoroti berbagai kebohongan dalam pernyataan Indonesia di PBB melalui
artikel yang berjudul" Mempertahankan Papua Bukan Dengan Kebohongan" di website resmi mereka.
Kalau sudah tidak ada data dan giliran negara-negara dan badan-badan resmi lain yang lengkap dengan data mempermalukan Indonesia di forum-forum resmi Internasional, maka hanya dua hal yang akan Indonesia lakukan. Perkutan pertahanan di dalam negeri dengan mengutaman opsi militer di Papua dan yang kedua berbohong lagi-dan lagi.
Naa..Soal opsi militer ini sudah kita tahu bahwa beberapa hari belakangan ini Pasukan elite polisi itu mengimpor senjata jenis pelontar granat sebanyak 280 pucuk dan amunisinya 5.932 butir untuk di gunakan dalam pengamanan di Papua dan beberapa daerah lainya. Kita tunggu saja nyawa orang Papua siapa lagi yang akan menjadi korban dari pebelian itu.
Kalau hasilnya sudah seperti itu maka benar apa kata para tokoh Papua. Tidak ada masa depan bagi orang Papua dalam Indonesia.
3. Nyalakan Terus Api Perlawanan
Perjuangan harus terus maju dengan cara apapun untuk memperjelas eksistensi keberadaan kami. Kalau api tidak menyala, mimal harus ada asap dan kalau tidak ada asap, minamal harus ada arang dan kalau tidak ada arang harus ada kayu bakar. Perjungan itu harus maju melangkah, kalau tidak bisa melangkah harus merangkak, dan kalau tidak merangkak harus ada yang berteriak.
Perjuangan harus terus maju dengan cara apapun untuk memperjelas eksistensi keberadaan kami. Kalau api tidak menyala, mimal harus ada asap dan kalau tidak ada asap, minamal harus ada arang dan kalau tidak ada arang harus ada kayu bakar. Perjungan itu harus maju melangkah, kalau tidak bisa melangkah harus merangkak, dan kalau tidak merangkak harus ada yang berteriak.
Kita tidak pernah dipadamkan secuil pun, kita tidak perlu memikirkan berbagai berita yang mengatakan penolakan petisi Papua merdeka, karena bukan itu harapa dan tujuan utama kita. Tujuan kita adalah bagaiman membuat musuh malu dan berkaca pada diri sediri bahwa dia adalah penindas, tujuan kita adalah membuat mata dunia untuk melihat Papua dengan mata yang lebih manusiawi. Tujuan kita adalah menyadarkan lawan menjadi kawan. Karena perjungan kita bukan soal ras, bukan soal agama, bukan pulah soal pembanguan dan makan minum, tetapi jati diri serta harkat dan martabat sebagai bangsa yang diinjak selama puluhan tahun.
Ingat rakyat Papua, PBB bukanlah penentu Papua merdeka atau tidak, tetapi PBB tempat dimana keputusan akhir lahir yang tentunya dari perjuangan kalian. Stop menaru harapan yang berlebihan terhadap PBB apa lagi harus kecewa dengan pemberitaan penolakan petisi oleh PBB yang diberitakan media-media ternama di negara ini. Semua itu hanya akan menciptkan suasana provokatif.
Rakyat Papua harus tahu, perjuangan ini bukan tentang besar atau kecil
sumbangsimu terhadap perjuangan Papua tetapi soal apa yang sedang engkau
memulai untuk kebebasan tanahmu. Bukan soal kritik dan saling
menjatuhukan dan bukan pulah seberapa cepat Papua merdeka dan jangan
pulah bertanya kapan waktunya Papua merdeka karena waktu itu angka dan
angka itu tidak terbatas maka pertanyaan terbesar yang harus dijawab
oleh masing-masing orang Papua adalah apa yang sudah saya perbuat untuk
Papua?
Karena hak yang paling hakiki atas setiap individu adalah hak untuk hidup, sedangkan untuk sebuah bangsa adalah" Kemerdekaan itu Hak segala bangsa. Rebut hakmu sekarang juga atau mati tanpa jejak dan bebakas dalam sejarah hidupmu.
4.Tidak ada tempat untuk Indonesia Bersembunyi
Seperti pada pebuka artikel ini bahwa perjuangan Papua telah memasuki usia remaja dalam hal berpolitik dan berdiplomasi. Saat ini kita sedang maju berkembang, bukan dipukul mundur. Perjuangan ini semakin beranjak dewasa. Kita hanya membutuhkan taktik dan jalan diplomasi yang lebih terstruktur dalam kebersatuan berbagai pandangan. Kita telah lahir kembali dalam ULMWP demi satu tujuan yang kita cita-citakan. Kita hanya butuh membuka topeng Indonesia yang semala ini vokal menyuarakan Ham di berbagai negara, tetapi di balik itu berserakan tulang belulang orang Papua.
Indonesia tidak akan ada tempat untuk terus bertahan dari topeng diwajahnya. Kita lihat isu Papua sudah mulai dibahas di berabagai forum PBB itu merupakan kemajuan yang membuat Jakarta keringat dingin meskipun PBB bukan penentu kemerdekaan Papua.
Langkah Apa yang akan di tempuh Indonesia?
Di poin ini saya akan membagi taktik politik yang mungkin akan digunakan Indonesia setelah merasa terjepit dalam tekanan. Pertam akan perkuat basis pro NKRI di Papua untuk menambah Dosa Indonesia atas Orang Papua. Kedua kesempatan yang seluas-luasnya bagi generasi Papua dalam segala bidang dan yang ketiga, yah mencari kesempatan dalam kesempitan. Seperti dialog sektoral Papua-Jakarta yang belum alama ini digagas dan hasil meski belum terlaksana Indonesia sudah memaparkan rencana itu di sidang ham PBB. Artinya, program yang tidak lebih untuk pencitraan diri di dunia internasional dan yang ketiga adalah opsi militer secara masal dan menyeluruh.
Kita tahu soal opsi militer ini bangsa Indonesia memiliki sejarah kelam. Timur Leste yang jelas-jelas bukan hak miliknya saja pernah di Invasi. Maka jangan salah wartawan tirto.id dalam artikelnyan yang berjudul "Mengingat Referendum, Jalan Panjang Kemerdekaan Timor Leste" mengakhiri tulisannya dengan sepenggal kalimat bahwa:
Timor Leste yang pernah dianeksasi Indonesia, bangsa yang juga lahir karena melawan kolonialisme. Menyebut "Timor Timur lepas dari wilayah Indonesia,” tidaklah tepat, sebab sejak awal sebagian besar mereka ingin mendirikan negara sendiri, yang kemudian malah dicaplok wilayahnya oleh Indonesia dengan cara tidak sah.
Ini adalah cerminan Indonesia atas ratusan ribu nyawa orang Tumur Leste
yang mati karena kerakusan Indonesia dan melakukan invasi militer untuk
mencaplok Timur Portugis dengan kekuatan militer yang dibantu
negara-negara blok Barat.. Artinya, meski hari ini sekian ribu orang
Papua telah menjadi penyumbang minyak bumi, pasti saja akan ada lagi
korban orang Papua lebih besar di tangan militer Indonesia. Kita tidak
perlu takut untuk hal itu, tak ada manusia yang kekal, hanya nama dan
jasa yang tetap abadi.
Dia akhir artikel ini kita harus pahami bahwa tidak ada tempat untuk
indonesia bersembunyi dari dosa-dosanya yang terus meminta nyawa orang
Papua.
Diambil dari http://www.dihaimoma.com.
No comments:
Post a Comment