Sunday, June 19, 2016

Komnas HAM Minta Polda Papua Ambil Alih, Penyelidikan Kasus Kematian Rojit

Komisioner Komnas HAM RI, Natalius Pigai - Jubi/Abeth You
Komisioner Komnas HAM RI, Natalius Pigai – Jubi/Abeth You

Jayapura,  – Sesuai dengan penyelidikan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Komnas HAM RI) terhadap kematin Sekretaris Solpap dan juga tokoh ekonomi kerakyatan Papua, Roberth Jitmau (Rojit) merupakan lebih dari sekedar kecelakaan lalu lintas (Lakalantas), maka pihaknya meminta kepada Kepolisian Daerah (Polda) Papua untuk segera mengambil alih, sebab jenjangn penanganan kasus oleh Polsek Jayapura Selatan dan Polresta Jayapura Kota masih minim.
“Hari Jumat (17/06/2016) kami dari Komnas HAM RI sudah melakukan penyelidikan terhadap kasus kematian Rojit yang urus pasar mama-mama Papua. Kemudian dalam penyelidikan kami sudah lakukan pertemuan dengan Kapolresta Jayapura Kota minta keterangan dari mereka, karena itu wilayahnya. Lalu kami juga minta keterangan dari orang tua Rojit, (ayah, ibu dan kakaknya), kami juga minta keterangan dari LBH Papua, kemudian dari pengurus Solpap, termasuk mama-mama Papua. Sesudah itu kami juga turun ke lokasi kejadian (TKP) dan kami sudah olah TKP lalu mendapatkan keterangan dari yang diduga pelaku yang masih ditahan di Polsek Jayapura Selatan,” jelas Komisioner Komnas HAM RI, Natalius Pigai kepada Jubi, Minggu (19/06/2016) di Jayapura.
Menurut Natalius, dengan sejumlah keterangan didapatkan ini, pihaknya menyampaikan informasi sementara bahwa kematian Rojit ini merupakan tidak hanya sekedar terbatas pada kecelakaan lalu lintas (Lakalantas) yang disampaikan oleh institusi kepolisian. Tapi indikasinya lebih dari sekedar lakalantas.
“Kami juga menyampaikan bahwa ada beberapa indikasi yang tentu akan segera kami melakukan penyelidikan lebih dalam lagi dengan meminta keterangan. Indikasi-indikasi tersebut kurang lebih ada empat. Empat itu adalah bukan keterlibatan tapi yang menyebabkan terjadinya kematian Rojit ini. Maka, ke empat indikasi ini kami akan kembangkan lebih dalam lagi meminta keterangan,” kata Pigai.
Ia mengaku, yang bermasalah dengan almarhum Roberth Jitmau berkaitan dengan penanganan pembangunan pasar mama-mama Papua tersebut ada empat kelompok yang mempunyai cerita tersendiri. “Untuk itu, kami sudah punya data, fakta, bukti dan informasi yang detail,” ujarnya.
“Karena itu, saya menyampaikan bahwa kematian kepada Rojit itu agak serius. Siapa-siapa yang ikut terlibat di dalamnya, siapa sebagai penyebab yang disebutkan dalam keterangan,” katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, kematian Rojit lebih dari sekedar kecelakaan lalu lintas, maka Komnas HAM meminta kepada Polda Papua untuk segera mengambil alih kasus ini. Menurutnya, itu karena SDM yang tersedia di tingkat Polsek dan Polresta dianggap belum mampu untuk bisa menuntaskan kasus kematian Rojit.
“Kami dari Komnas HAM juga melakukan penyelidikan. Kami minta Polda Papua juga harus lakukan penyelidikan. Karena sesuai dengan keterangan yang kami peroleh itu lainnya ada di Jakarta, lain ada di Papua. Ada yang sebagai pejabat negara, ada yang pengusaha dan ada juga yang masyarakat biasa. Oleh karena itu, Polsek tidak bisa menangani kasus ini. Tidak berarti meragukan profesionalisme polisi. Tapi jenjang penanganan kasus ini. Kami juga sampaikan terimakasih kepada Polsek dan Polresta Jayapura Kota,” tuturnya.
Salah satu saksi yang berada bersama-sama korban Alm. Robert Jitmau (Rojit) saat insiden kecelakaan lalu lintas yang menewaskan Sekretaris Solidaritas Pedagang Asli Papua (Solpap), Jumat (20/5/2016) mengatakan sebelum mobil inova berwarna perak mundur dengan kecepatan tinggi dan menabrak Rojit ada satu mobil berwarna putih yang datang dan parkir di bawah lampu penerangan jalan di sekitar tempat kejadian di jalan Ring Road, Hamadi.
“Mobil itu warnanya putih. Modelnya seperti Jazz atau Yaris. Mobil itu sempat menyalakan lampu jauh ke arah kami,” ujar saksi ini.
Kemudian datang mobil inova perak dan parkir di pinggir jalan, sekitar 15 meter dari posisi korban dan saksi. Saat itu, korban Rojit duduk bertiga dengan Melianus dan Baguma. Sementara saksi ini dan dua rekan lainnya berdiri di antara dua mobil milik saksi dan salah satu rekannya. (tabloidjubi.com)

No comments: