Pertemuan Presiden Jokowi dengan sekelompok OAP beberapa waktu lalu - IST |
Jayapura –
Theo Hesegem, aktivis Hak Asasi Manusia Papua menyatakan mundur dari
keterlibatannya dalam Jaringan Damai Papua (JDP). Selama ini Hesegem
adalah seorang fasilitator dalam jaringan yang dikordinir Pater Neles
Tebay ini.
Hesegem
menyampaikan pengunduran dirinya setelah JDP mendiskusikan dialog
sektoral di Jayapura pekan lalu. Menurutnya, lima agenda dialog sektoral
yang ditawarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni pendidikan,
kesehatan, ekonomi kerakyatan, infrastruktur dan tata kelola
pemerintahan hanyalah lagu lama yang ingin diputar kembali oleh
pemerintah pusat, untuk memaksakan kepada Orang Asli Papua. Penentuan
lima sektor tersebut pun dilakukan sepihak oleh pemerintah pusat
tanpa ada keterlibatan aktor-aktor Orang Asli Papua.
“Penentuan
agenda dialog sektoral, tanpa keterlibatan aktor-aktor di Papua, adalah
suatu proses penipuan dan pemaksaan dari pemerintah terhadap Orang Asli
Papua untuk mengikuti kehendak pemerintah,” jelas Hesegem.
Lima agenda
tersebutpun menurutnya tidak akan mengakhiri kekerasan di Tanah Papua.
Anehnya, tidak ada agenda sektor keamanan dan sektor Hak Asasi Manusia
dalam agenda yang ditawarkan pemerintah pusat itu.
Menurutnya,
agenda dialog sektoral atau dialog dalam bentuk apapun materinya
ditentukan oleh kedua belah pihak yang bermasalah, bukan ditentukan oleh
satu pihak saja.
Ia juga
mempertanyakan pertemuan beberapa Orang Asli Papua pada pertengahan
Agustus lalu dengan Jokowi. 15 orang yang bertemu presiden itu
direkomensasikan oleh siapa?
“Mereka
bukan utusan resmi yang mewakili Orang Asli Papua. Mereka diundang
secara pribadi dan hanya melalui SMS (pesan singkat). Tidak ada agenda
resmi yang akan dibahas di Jakarta. Ini sebuah proses penipuan.
Diberangkatkan ke Jakarta lalu agenda dialog sektoral sudah ditentukan
oleh Jakarta,” lanjut Hesegem.
Ia
menambahkan, 15 orang tersebut sudah seharusnya menjelaskan kepada
rakyat Papua posisi dan peran mereka saat itu. Kalau sebagai utusan
resmi rakyat Papua, rakyat Papua mana yang mengutus mereka.
“Jika
kenyataannya adalah mereka diundang secara pribadi, tidak pada porsinya
mereka menentukan agenda dialog sektoral yang lima itu,” lanjut
Hesegem.
Mengenai
pengunduran dirinya, selain alasan diatas, Hesegem juga menyebutkan
keterlibatan Wiranto dalam penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM di
Papua menjadi alasan lainnya. Wiranto hingga saat ini belum sanggup
menyelesaikan kasus-kasus yang pernah dijanjikan pemerintah semasa Luhut
Panjaitan menjabat Menkopolhukam. Seperti kasus penembakan siswa di
Paniai yang terjadi pada Desember 2014.
Pater Neles Tebay, Kordinator JDP kepada tabloidjubi.com belum
lama ini mengatakan dalam pertemuan beberapa OAP dengan Presiden pada
Agustus lalu Presiden Jokowi menyambut baik gagasan dialog sektoral
untuk mempercepat kemajuan dan pembangunan di tanah Papua.
Dialog-dialog
sektoral ini, kata Tebay perlu diatur dengan baik. Agenda yang hendak
dibahas dalam dialog sektoral perlu disiapkan. Peserta dialog sektoral
perlu diseleksi sesuai sektor yang akan menjadi agenda pembahasan.
Selain itu perlu dibuatkan rumusan tentang tujuan, target, moderator,
dan notulen dari dialog sektoral. Semua hal ini perlu dipersiapkan
secara baik agar dialog sektoral dapat memberikan hasil yang maksimal.
“Siapa saja
yang ingin memberikan masukan tentang dialog sektoral dalam kaitan
dengan Papua, boleh menemui atau menghubungi Pak Teten (Kepala Kantor
Staf Kepresidenan) atau Pak Wiranto (Menkopolhukam) di Jakarta. Saya
yang tinggal di Jayapura akan bekerjasama dengan kedua pejabat di atas
untuk mensukseskan penyelenggaraan dialog-dialog sektoral demi
mempercepat kemajuan dan pembangunan di tanah Papua,” jelas Tebay. (*)
Sumber : http://www.karobanews.com/2017/10/mundur-dari-jdp-hesegem-sebut-pertemuan.html
No comments:
Post a Comment